Suatu malam di bulan July 2009,
seorang gadis memimpikan malaikat penjaganya. Ia kemudian jatuh cinta,
untuk pertama kali dalam hidupnya.
Sejak itu, yang dipikirkan oleh
si gadis hanyalah malaikat penjaganya. Ia yakin suatu hari malaikat itu
akan datang dan membawa damai ke hatinya. Penantian itu terasa
menyakitkan, karena sang malaikat tak kunjung datang. Namun gadis itu
tetap percaya pada cintanya. Percaya, dan menunggu, itu yang bisa ia
lakukan.
Suatu hari di bulan Juni 2010,
gadis itu dipertemukan Tuhan dengan seorang manusia, yang menyerupai
malaikat penjaga si gadis. Tapi tentu saja dia hanya manusia biasa,
tidak bisa memberi rasa damai seperti yang dilakukan sang malaikat.
Kehadiran manusia itu membuat si
gadis menderita, melihatnya setiap hari,seolah olah ia merasa malaikat
penjaga telah meninggalkannya, memutuskan tidak akan datang samasekali
ke dalam hidupnya.
Ada satu manusia lagi
sebenarnya, tidak terlalu menarik perhatian, wajahnya tidak menyerupai
malaikat penjaga si gadis, tapi selalu saja dia yang datang menyuruh si
gadis berhenti menangis saat ia merasakan sakit hati. Memintanya
tesenyum saat tak ada orang lain yang melakukannya.
Suatu malam, si gadis menjadi
semakin lemah. Tak sanggup lagi menangis.selama hidupnya ia tak pernah
menyukai satu bagianpun dari hidupnya. Tapi sejak ia memimpikan malaikat
penjaga itu,entah kenpa ia percaya ia punya ikatan yang sangat indah,
sejak itu ia berusaha bertahan, tetap bernafas, menunggu malaikatnya
datang. Namu sekarang, ketika pikiran bahwa malaikatnya tidak akan
datang, memenuhi kepalanya, kehidupan lain di balik kematian terlihat
lebih menyenangkan.
Sebelum memejamkan mata, ia melihat sekeliling,tak ada yanga akan ia rindukan, ia yakin. Ia memejamkan mata, kemudian berbisik
"Tuhan,
kurasa sudah cukup lama aku bertahan. Aku tidak menyerah, tidak mau,
sebenarnya. Tapi bolehkah aku meminta berhenti sekarang?" tiba – tiba
gadis itu teringat akan manusia sederhana yang selalu menyuruhnya
berhenti menangis, memintanya tersenyum. Mata gadis itu masih terpejam,
bibirnya membentuk senyum.
"dan
manusia itu, Tuhan, lindungi dia. Terimakasih telah izinkan dia
menemaniku. Berikan dia hidup yang indah Tuhan, juga seorang gadis yang
akan selalu tersenyum untuknya. Kumohon,lindungi dia Tuhan. Aku,,cukup
disini."
Perlahan gadis itu memasuki alam
tidurnya, atau alam lain, mungkin. Ia berada di terowongan yang
panjang. Terang,cahaya menyilaukan dari ujungnya. Ia terus berjalan,
mendekati cahaya itu.
Namun ia merasakan seseorang mengiringinya, menggenggam erat tangan kanannya. Gadis itu menoleh, tersenyum.
"Apa kau selalu menungguku di sini?" tanyanya setelah berhenti berjalan.
"Tidak juga, aku akan segera menemuimu sebenarnya", malaikat penjaga itu masih seperti dulu, di mimpi sigadis.
"Kenapa kau memilih jalan ini?" tanyanya.
"Aku lelah, sungguh. Ada seseorang disana, yang membuatku menangis". Si gadis mrerasa bersalah, "Apa kau marah padaku?"
"Tidak, tentu saja tidak. Kau sudah berusaha sejauh ini". Malaikat tersenyum, menenangkan si gadis.
"Tapi, apa kau tak ingin kembali?"
"Apa kau tidak akan menemaniku disini?" Si gadis bertanya balik dengan cemas.
"Tenanglah.
Tentu saja aku akanbersamamu mulai dari sekarang. Hanya saja, apa kau
tidak mencemaskan manusia itu?" Malaikat tetap saja tersenyum. Entah
kenapa si gadis tau siapa yang dimaksud itu.
"Dia...aku meminta Tuhan melindunginya.Apa yang dia lakukan sekarang? Apa kau tau?" tanya gadis itu penasaran.
"Dia mencemaskanmu, ia takut kau akan terus menangis sekarang."
Gadis itu tersenyum, "Dia manusia baik" ucapnya pelan.
"Ada yang ingin kau sampaikan padanya?"
"Bolehkah?" tanya si gadis penuh harap
"Pejamkan matamu, bayangkan dia adadi depanmu, dan bicaralah"
Gadis itumemejamkan mata.
"Aku
bisa tersenyum sekarang, lihatlah. Jangan cemaskan aku. Aku bersama
seseorang yang tidak akan membuatku menangis. Jangan cemas, selamat
tinggal.
" Ia membuka mata sambil tetap tersenyum. "kita ke sana.." ucapnya sambil menunujuk ke arah cahaya.
"Kau yakin?" Tanya malaikat itu
"Selama kau berjanji akan terus bersamaku." Jawab si gadis yakin.
Malaikatpun tersenyum, masih menggenggam tangan gadis itu. Mereka berjalan menembus cahaya itu.
0 komentar:
Posting Komentar